Rabu, 07 Mei 2014

Guruku, Idolaku - Cerpen

Diposting oleh Istiqomah's Blog di Rabu, Mei 07, 2014

Setiap pagi, setiap waktu ketika di sekolah, seseorang yang selalu aku cari – cari. Seseorang yang berparas sederhana, lembut, ramah. Yang dipastikan aku selalu girang ketika melihat dia.

“Dimana ya, bapak itu ?” tanyaku dalam hati sambil menuju ke kelas

Seketika itu aku melihatnya di depan koperasi,  keluar dari satu ruangan kecil.

“YaAllah......” (kegiranganku yang tak terucap)

Aku yang sedang naik tangga menuju ke kelas selalu memujinya dalam hati.

“Eh, Din. Tadi aku ketemu !”
“Sama siapa?” tanya Dina
“Ya sama itu lo..masak gak peka sih”
“Oh, sama guru baru itu?”
“Hmm (menganggukan kepala dan tersenyum)”

Aku yang sebelumnya tidak tahu siapa namanya, mengajar apa dan sebagainya, tak tanggung-tanggung, aku mencari informasi tentangnya dari banyak teman. Sepulang sekolah aku bertemu lagi dengannya.

“Kamu tau nggak siapa nama guru itu?” (berbisik ke dina)
“Gak tau, kenapa?” tanya Dina
“Ya gak apa – apa, wajahnya manis banget tapi gak cakep”
“Cuma itu? Ealah...”
“Ya gak itu aja sih, orangnya keliatan sabarnya, ramah, banyak lah”

Aku terus mencari informasi tentang guru itu yang menurutku sabar, ramah, lembut dan manis itu. Sampai akhirnya, aku mendapat banyak informasi tentang dia.


“Din.....!!” teriakku
“Apa sih, baru dateng jangan dikagetin”
“Aku tau siapa namanya”
“Pasti guru kelas satu ya? Siapa namanya?” tanya Dina
“Iya, namanya Poku, dia ngajar bahasa inggris, pengganti Bu Rani!”
“Oh, tau dari mana ?”
“Ada deh, rahasia!”

Aku selalu berangkat pagi-pagi kesekolah untuk sekadar bertemu dengan orang yang selalu keluar masuk dari lab.bahasa, namun pagi ini aku tak melihat batang hidungnya. Tapi, aku lega melihat sepeda motor Beat hitam dan INK hitam, itu berarti dia tidak absen.
***
Dan tiba saatnya hari Kartini yang  pertama kali diadakan disekolahku. Pagi – pagi sekali aku berangkat ke sekolah dengan maksud agar bertemu dengannya.

“Hey cantik, mau kemana?” tanya seseorang yang ada dibelakangku. Ternyata dia pak Poku yang selama ini aku idolakan.

Aku hanya bisa tersenyum dan salah tingkah saat dia memanggilku.

“Hmmm... mau ke kelas Pak..” kataku sambil tersenyum
“ohh,, iyaa udah “ kata pak Poku

Aku bergegas ke kelas , kebetulan didalam kelas masih sepi belum ada satu orang pun.Tiba-tiba Dina datang.Aku gak sadar kalau aku tersenyum-senyum sendiri.

“Heyy,, ?” sapa Dina padaku
“ Eh din, aku tadi ketemu pak Poku. Terus dia bilang gini “Hey cantik, mau kemana” (sambil ketawa sendiri)”
“Terus, kamu bilang apa ?”
“Ya aku bilang mau ke kelas lah, seneng banget aku dibilang cantik sama dia”

Peringatan hari Kartini di sekolahku banyak perlombaan yang diadakan, mulai dari kelas paling inovatif, dan tentunya ada lomba ulek sambel bagi Bapak guru. Aku tak sabar melihat dia membuat sambel yang dibuat dengan penuh cinta. Tiba saatnya untuk Upacara bagi para Kartini.

“Nam, kamu kemaren lihat berita di TV tentang hari kartini di sekolah kita gak ?” tanya Dina
“Lihat, cuma sekilas sih. Emang ada apa ?”
“Di beritanya ada pak Poku ya?”
“Loh emangnya ada ?” tanyaku
“Iya lah” jawab Dina
“Yah, nyesel aku cuma lihat sekilas aja..”

***

Tak pernah kubayangkan, apa yang ku katakan dalam hati terkadang menjadi kenyataan. Dan ini benar-benar terjadi. Aku berjalan dengan Dina ke lapangan untuk olah raga.

“Semoga ketemu, semoga ketemu...Din, paham? ” kataku
“Oh...iya”

Tak disangka setelah aku mengatakan itu, orang yang aku maksud muncul dihadapanku seketika itu. Di waktu yang lain pak Poku, berjalan kesana kemari ketika aku berolahraga. Dan aku tak pernah tidak memandang dia ketika bertemu.
***
Waktu sudah terlalu cepat untuk melalui masa kelas 2 SMA. Kini saatnya tiba untuk mempersiapkan masa depan di kelas tiga. Liburan sudah dilewati dengan teman dan keluarga, sekarang tidak boleh bermain – main dengan pelajaran. Hari pertama masuk sekolah dimulai dengan pelajaran bahasa inggris. Seorang laki – laki yang terlihat dari jendela akan masuk ke kelas, dan Dina hanya sibuk dengan hapenya.

“Din, lihat siapa yang masuk ?”
“Siapa?” tanya Dina (langsung melihat ke hadapan orang yang masuk kelas)
“Hmmm...” (tersenyum)
“Oh, Pak Poku, ciyee..”
“Ssstt, diam.” (sambil menutup mulut Dina)
“Assalamualaikum anak – anak, Nama saya Poku, saya akan mengajar mata pelajaran bahasa inggris di kelas ini. Bagaimana kalau kita awali pelajaran ini dengan menceritakan pengalaman liburan kamu?” kata Pak Poku.

Sebenernya aku kurang suka dengan pelajarannya, tapi aku suka sama guru yang mengajar. Semangatku untuk maju dihadapan teman dan pak Poku, tak tanggung – tanggung aku maju pertama kali untuk materi speaking.

“Pak, aku mau maju.” (sambil mengacungkan tangan)
“Oke, sekarang ceritakan mengenai liburanmu.”
“I want to tell my experience of holiday......”(gugup)

Seusai aku bercerita, tak ada satu pun kata atau grammar yang salah. Baru kali ini aku semangat dengan pelajaran yang sebenarnya tidak aku sukai.

***

Sudah 4 bulan pak Poku mengajar di kelasku. Tak hanya sebagai guru beliau mengajar, tapi aku sudah menganggapnya teman. Semua masalah aku alami, aku ceritakan kepada pak Poku yang sekiranya penting untukku.

“Pak..” sapaku
“Apa, Nam ?” tanyanya
(duduk di kursi dekat lapangan)
“Gak apa – apa, aku mau minta solusi tentang masalahku yang kemarin.”
“Sudah, Nam. Yang sabar, setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Semua tergantung kamu, kalau kamu nyaman dengan seseorang yang kamu pilih, itu sudah jadi pilihanmu.”

Aku yang sedang terpuruk ketika itu, tak tahan lagi hingga keluar air dari mataku. Pak Poku yang duduk disampingku, memengang pundakku untuk lebih tegar.

***
Tak terasa sudah berbulan – bulan, tiga tahun lamanya, aku sekolah di SMA ber icon islami ini. Ujian Nasional yang mematikan sudah terlewati bersama teman – teman, hasil yang cukup memuaskan dari angkatan tahun ini disekolahku, dan telah dinyatakan lulus seratus persen. Penyerahan Purnadidik yang akan dilaksanakan, membuatku jarang untuk bertemu dengan teman dan seseorang yang aku idolakan.

“Din, hari ini pake jas almamater kan ?” tanyaku melalui telepon.
“Iyalah..”
“Oke, makasih.”

Pagi itu, aku diantar bersama orangtuaku yang menemaniku dalam Penyerahan Purnadidik. Seorang laki – laki memakai jas berwarna kuning kecoklatan, terlihat semakin berwibawa dan pastinya tampan. Aku dan ayah menuju ke gedung tempat penyerahan siswa tersebut.

“Selamat datang, Pak. Silahkan masuk” kata Pak Poku dengan senyuman dan lesung pipi yang manis.
“Pak...” sapaku
“Iya, Nam.” Jawabnya

Aku langsung mencari Dina untuk duduk di kursi yang di tata rapi. Banyak penampilan yang menghibur dari adik kelas dalam acara itu. Namun, aku masih gelisah, secepat ini aku bersekolah di SMA.

“Kapan kita bisa ketemu lagi ya, Nam. Mungkin kita hanya bisa sesekali aja.” kata Dina
“Iya, Din. Aku juga bisa jarang ketemu kamu sama pak Poku.”

Tiba saatnya di puncak acara, satu persatu siswa dipanggil namanya untuk menerima ijazah dan surat – surat lain. Saatnya giliranku untuk maju dan bersalaman dengan semua guru yang ada di sana.

“Terima kasih, Pak.”
“Iya. Din...?” (pak Poku memanggilku)
“Ada apa, Pak?” tanyaku
“Sering – sering ya, main ke sekolah lagi. Bapak pasti kangen sama kamu."
“Oh, iya Pak.” (tersenyum)

Senang, sedih, haru sudah aku lewati di SMA. Kurang satu yang akan aku jalani untuk meneruskan impiaku. Tak lupa setelah penyerahan siswa purnadidik, aku sempatkan untuk berfoto dengan orang yang sema ini aku idolakan di sekolah. Dan aku janji aku tidak akan melupakan semua momen yang aku lewati dengannya.

By : Istiqomah Nur F

0 komentar:

Posting Komentar

 

Istiqomah's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea