“Dimana
ya, bapak itu ?” tanyaku dalam hati sambil menuju ke kelas
Seketika
itu aku melihatnya di depan koperasi,
keluar dari satu ruangan kecil.
“YaAllah......”
(kegiranganku yang tak terucap)
Aku
yang sedang naik tangga menuju ke kelas selalu memujinya dalam hati.
“Eh,
Din. Tadi aku ketemu !”
“Sama
siapa?” tanya Dina
“Ya
sama itu lo..masak gak peka sih”
“Oh,
sama guru baru itu?”
“Hmm
(menganggukan kepala dan tersenyum)”
Aku
yang sebelumnya tidak tahu siapa namanya, mengajar apa dan sebagainya, tak
tanggung-tanggung, aku mencari informasi tentangnya dari banyak teman. Sepulang
sekolah aku bertemu lagi dengannya.
“Kamu
tau nggak siapa nama guru itu?” (berbisik ke dina)
“Gak
tau, kenapa?” tanya Dina
“Ya
gak apa – apa, wajahnya manis banget tapi gak cakep”
“Cuma
itu? Ealah...”
“Ya
gak itu aja sih, orangnya keliatan sabarnya, ramah, banyak lah”
Aku
terus mencari informasi tentang guru itu yang menurutku sabar, ramah, lembut
dan manis itu. Sampai akhirnya, aku mendapat banyak informasi tentang dia.
“Din.....!!”
teriakku
“Apa
sih, baru dateng jangan dikagetin”
“Aku
tau siapa namanya”
“Pasti
guru kelas satu ya? Siapa namanya?” tanya Dina
“Iya,
namanya Poku, dia ngajar bahasa inggris, pengganti Bu Rani!”
“Oh,
tau dari mana ?”
“Ada
deh, rahasia!”
Aku
selalu berangkat pagi-pagi kesekolah untuk sekadar bertemu dengan orang yang
selalu keluar masuk dari lab.bahasa, namun pagi ini aku tak melihat batang
hidungnya. Tapi, aku lega melihat sepeda motor Beat hitam dan INK hitam, itu
berarti dia tidak absen.
***
Dan
tiba saatnya hari Kartini yang pertama
kali diadakan disekolahku. Pagi – pagi sekali aku berangkat ke sekolah dengan
maksud agar bertemu dengannya.
“Hey
cantik, mau kemana?” tanya seseorang yang ada dibelakangku. Ternyata dia pak Poku yang selama ini aku idolakan.
Aku
hanya bisa tersenyum dan salah tingkah saat dia memanggilku.
“Hmmm...
mau ke kelas Pak..” kataku sambil tersenyum
“ohh,,
iyaa udah “ kata pak Poku
Aku
bergegas ke kelas , kebetulan didalam kelas masih sepi belum ada satu orang
pun.Tiba-tiba Dina datang.Aku gak sadar kalau aku tersenyum-senyum sendiri.
“Heyy,,
?” sapa Dina padaku
“
Eh din, aku tadi ketemu pak Poku. Terus dia bilang gini “Hey cantik, mau
kemana” (sambil ketawa sendiri)”
“Terus,
kamu bilang apa ?”
“Ya
aku bilang mau ke kelas lah, seneng banget aku dibilang cantik sama dia”
Peringatan
hari Kartini di sekolahku banyak perlombaan yang diadakan, mulai dari kelas
paling inovatif, dan tentunya ada lomba ulek sambel bagi Bapak guru. Aku tak sabar
melihat dia membuat sambel yang dibuat dengan penuh cinta. Tiba saatnya untuk
Upacara bagi para Kartini.
“Nam,
kamu kemaren lihat berita di TV tentang hari kartini di sekolah kita gak ?”
tanya Dina
“Lihat,
cuma sekilas sih. Emang ada apa ?”
“Di
beritanya ada pak Poku ya?”
“Loh
emangnya ada ?” tanyaku
“Iya
lah” jawab Dina
“Yah,
nyesel aku cuma lihat sekilas aja..”
***
Tak pernah kubayangkan, apa yang ku katakan dalam hati terkadang menjadi kenyataan. Dan ini benar-benar terjadi. Aku berjalan dengan Dina ke lapangan untuk olah raga.
“Semoga
ketemu, semoga ketemu...Din, paham? ” kataku
“Oh...iya”
Tak
disangka setelah aku mengatakan itu, orang yang aku maksud muncul dihadapanku
seketika itu. Di waktu yang lain pak Poku, berjalan kesana kemari ketika aku
berolahraga. Dan aku tak pernah tidak memandang dia ketika bertemu.
***
Waktu
sudah terlalu cepat untuk melalui masa kelas 2 SMA. Kini saatnya tiba untuk
mempersiapkan masa depan di kelas tiga. Liburan sudah dilewati dengan teman dan
keluarga, sekarang tidak boleh bermain – main dengan pelajaran. Hari pertama
masuk sekolah dimulai dengan pelajaran bahasa inggris. Seorang laki – laki yang
terlihat dari jendela akan masuk ke kelas, dan Dina hanya sibuk dengan hapenya.
“Din,
lihat siapa yang masuk ?”
“Siapa?”
tanya Dina (langsung melihat ke hadapan orang yang masuk kelas)
“Hmmm...”
(tersenyum)
“Oh,
Pak Poku, ciyee..”
“Ssstt,
diam.” (sambil menutup mulut Dina)
“Assalamualaikum
anak – anak, Nama saya Poku, saya akan mengajar mata pelajaran bahasa inggris
di kelas ini. Bagaimana kalau kita awali pelajaran ini dengan menceritakan
pengalaman liburan kamu?” kata Pak Poku.
Sebenernya
aku kurang suka dengan pelajarannya, tapi aku suka sama guru yang mengajar.
Semangatku untuk maju dihadapan teman dan pak Poku, tak tanggung – tanggung aku
maju pertama kali untuk materi speaking.
“Pak,
aku mau maju.” (sambil mengacungkan tangan)
“Oke,
sekarang ceritakan mengenai liburanmu.”
“I
want to tell my experience of holiday......”(gugup)
Seusai
aku bercerita, tak ada satu pun kata atau grammar yang salah. Baru kali ini aku
semangat dengan pelajaran yang sebenarnya tidak aku sukai.
***
Sudah 4
bulan pak Poku mengajar di kelasku. Tak hanya sebagai guru beliau mengajar,
tapi aku sudah menganggapnya teman. Semua masalah aku alami, aku ceritakan
kepada pak Poku yang sekiranya penting untukku.
“Pak..”
sapaku
“Apa,
Nam ?” tanyanya
(duduk
di kursi dekat lapangan)
“Gak apa
– apa, aku mau minta solusi tentang masalahku yang kemarin.”
“Sudah,
Nam. Yang sabar, setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Semua
tergantung kamu, kalau kamu nyaman dengan seseorang yang kamu pilih, itu sudah
jadi pilihanmu.”
Aku
yang sedang terpuruk ketika itu, tak tahan lagi hingga keluar air dari mataku. Pak
Poku yang duduk disampingku, memengang pundakku untuk lebih tegar.
***
Tak
terasa sudah berbulan – bulan, tiga tahun lamanya, aku sekolah di SMA ber icon
islami ini. Ujian Nasional yang mematikan sudah terlewati bersama teman –
teman, hasil yang cukup memuaskan dari angkatan tahun ini disekolahku, dan
telah dinyatakan lulus seratus persen. Penyerahan Purnadidik yang akan dilaksanakan,
membuatku jarang untuk bertemu dengan teman dan seseorang yang aku idolakan.
“Din,
hari ini pake jas almamater kan ?” tanyaku melalui telepon.
“Iyalah..”
“Oke,
makasih.”
Pagi
itu, aku diantar bersama orangtuaku yang menemaniku dalam Penyerahan
Purnadidik. Seorang laki – laki memakai jas berwarna kuning kecoklatan,
terlihat semakin berwibawa dan pastinya tampan. Aku dan ayah menuju ke gedung
tempat penyerahan siswa tersebut.
“Selamat
datang, Pak. Silahkan masuk” kata Pak Poku dengan senyuman dan lesung pipi yang
manis.
“Pak...”
sapaku
“Iya,
Nam.” Jawabnya
Aku
langsung mencari Dina untuk duduk di kursi yang di tata rapi. Banyak penampilan
yang menghibur dari adik kelas dalam acara itu. Namun, aku masih gelisah,
secepat ini aku bersekolah di SMA.
“Kapan
kita bisa ketemu lagi ya, Nam. Mungkin kita hanya bisa sesekali aja.” kata Dina
“Iya,
Din. Aku juga bisa jarang ketemu kamu sama pak Poku.”
Tiba
saatnya di puncak acara, satu persatu siswa dipanggil namanya untuk menerima
ijazah dan surat – surat lain. Saatnya giliranku untuk maju dan bersalaman
dengan semua guru yang ada di sana.
“Terima
kasih, Pak.”
“Iya.
Din...?” (pak Poku memanggilku)
“Ada
apa, Pak?” tanyaku
“Sering
– sering ya, main ke sekolah lagi. Bapak pasti kangen sama kamu."
“Oh,
iya Pak.” (tersenyum)
Senang,
sedih, haru sudah aku lewati di SMA. Kurang satu yang akan aku jalani untuk
meneruskan impiaku. Tak lupa setelah penyerahan siswa purnadidik, aku sempatkan
untuk berfoto dengan orang yang sema ini aku idolakan di sekolah. Dan aku janji
aku tidak akan melupakan semua momen yang aku lewati dengannya.
By : Istiqomah Nur F
0 komentar:
Posting Komentar