Senin, 14 April 2014

My First Love (cerpen)

Diposting oleh Istiqomah's Blog di Senin, April 14, 2014
Tak seperti anak biasanya yang bisa bermain dan berlari kesana kemari, aku hanya bisa duduk dikursi roda.Kehidupanku yang kian memburuk membuatku semakin lemah mental. 
“Selamat pagi, Dinda”, itu kata-kata yang selalu ayah ucapkan diwaktu pagi.
“Iya, yah” sahutku cuek.
“Ayo cepat dimakan roti dan susunya supaya kamu gak telat sekolahnya”
Setiap hari, aku berangkat sekolah selalu diantar ayah karna tempat kantornya dekat dengan sekolahku juga.
***
Bel sekolah pun berbunyi, aku dan sahabatku pergi meninggalkan kantin yang ramai penduduknyaitu ke kelas. Dan guruku yang cerewet  membawa seorang murid laki-laki tampan yang belum tahu siapa namanya.
“Anak-anak, ini teman baru kalian, tolong perkenalkan namamu” kata Pak Dino.
“Nama saya Brandon Priasta, saya pindahan dari SMA Nusantara Jakarta, dan..”
“Brandon, duduk disamping aku aja” Nadya langsung memotong kata murid baru itu.
“Oh nggak usah, aku boleh duduk disini (di bangku sebelahku)” sahut Brandon
“Boleh kok”
Memang temanku yang satu ini sok cantik, centil, cerewet dan banyak lainnya deh. Pantas saja dia belum memiliki pujaan hati. Brandon yang sudah duduk disampingku menanyakan banyak hal tentangku dan yang lainnya
“Namamu siapa ?” tanya Brandon
“Aku Dinda, ngomong-ngomong kenapa kamu pindah sekolah ?”
“Aku nggak suka aja sama temen yang suka menghina orang lain, padahal dia nggak sadar apa yang dia katakan lebih buruk dariku” jawab Brandon.
“Oh, sama. dulu waktu aku SMP juga gitu, disabarin aja lah.” sahutku.
***
Malam itu, ayah menelpon mama. Ayah menyuruh mama untuk tidak lagi bertemu denganku.
“Ayah, kenapa sih mama nggak boleh ketemu aku?!(nada marah). Jawab yah !”
“Mama kamu selingkuh, dia main cowok lain sampai dia hamil. Ibu macam itu.”jawab Ayah.
“Biarpun mama kayak gitu, tetap aja dia ibuku yah yang melahirkan aku. Ayah egois!”
“Maksut ayah bukan gitu Dinda..”
(Dinda pergi meninggalkan tempat kerja Ayah)
***
Setiap pagi sebelum sekolah, seperti biasa aku duduk di kursi rodaku di meja makan dengan menu yang sama yaitu susu dan roti dan suasana hening dirumah.
“Selamat pagi, Dinda.” ucap Ayah.
“Iya.” (jawabku dengan nada malas dan meninggalkan ayah dengan kursi rodaku pergi ke sekolah )
“Dinda, mau kemana kamu?” tanya ayah
(hanya diam)
***
Sambil menunggu bel masuk sekolah. Brandon, dan sahabat-sahabatku yang duduk disampingku melihat raut mukaku yang cemberut dengan wajah yang heran.
“Kamu kenapa pagi ini, kok gak gitu wajahya ?” tanya Brandon
“Iya kamu kenapa, Din?”
“Gak kenapa-napa kok.”
“Nanti pulang sekolah mau gak nemenin aku ke toko buku ?” tanya Brandon.
“Ciye-ciye..” sahut Nia
“Apaan sih. Boleh juga, aku juga males di rumah sendirian. Tapi kamu repot gak kalo aku pake kursi roda gini ?”
“Ya enggak lah tenang aja.”
***
Aku yang menunggu Brandon mengambil mobilnya diparkiran, menelpon Mama yang sangat aku rindukan wajahnya, sudah dua tahun aku tidak bertemu dengannya.
“Halo, ma ?”
“Iya sayang, kamu baik baik aja kan?” tanya mama (dengan nada menangis)
“Aku baik- baik aja kok, Mama juga baik-baik aja kan?”
“Iya, mama juga baik. Kamu sudah pulang sekolah ?” tanya Mama
“Iya, ini mau keluar sama temen ke toko buku.”
“Hati-hati sayang, jaga diri baik-baik.”
“Iya, pasti kok. Aku kangen Mama...”
“Mama juga kangen kamu, Dinda. Nanti telfonnya dilanjutin lagi ya, Mama ada keperluan penting.”
Brandon yang datang dengan mobil kerennya, berhenti di depanku dan keluar untuk menolongku masuk mobilnya.
“Ayo, aku tolongin masuk.”
“Iya. Makasih.”
“Tadi kamu nelfon siapa ?” tanya Brandon
“Mama ku, aku kangen banget sama dia, udah dua tahun gak ketemu.”
“Emangnya kenapa, kok bisa gak ketemuan sampe dua tahun?”
“Ayah sama mamaku udah cerai, ayah gak ngebolehin aku ketemu sama mama.”
“Maaf ya, aku ngungkit masalah keluargamu?”
Sesampai di toko buku, Brandon mengambil kursi rodaku dikursi belakang dan menolongku keluar dari mobilnya.
“Kamu mau cari buku apa ?” tanyaku.
“Aku mau cari buku tentang biografi Chairul Tanjung”
“Oh, coba cari disitu, mungkin ada.”
“Iya nih, udah ketemu. Ngomong-ngomong kamu mau kemana lagi habis ini?” tanyanya.
“Gak tau, terserah kamu. Aku masih males pulang.”
***
Brandon membawaku jalan – jalan keliling kota Bandung. Sore itu, Brandon berhenti di salah satu warung yang menjual jagung bakar dipinggir jalan.
“Makan dulu yuk, isi perut biar gak sakit.” kata Brandon.
“Boleh..”
Walaupun hanya jagung bakar, tapi lumayan bisa ngisi perutku yang kelaparan.
“Ayo ikut aku !” sambil mendorong kursi rodaku
“Mau kemana?” tanyaku
“Udahlah, diem aja.”
Ternyata Brandon membawaku ke taman didekat warung tersebut dan duduk di kursi taman itu.
“Din, aku mau ngomong sama kamu.”
“Ngomong aja.” kataku.
“Kamu itu anaknya baik, cantik, ramah. Sekarang aku bingung sama perasaaanku, mungkin waktu pertama kali aku masuk kekelas cuma biasa aja sama kamu. Tapi, rasa sayang aku sama kamu sebahai tiba- tiba berubah. Aku bingung gimana nyatainnya.” (dengan nada gugup)
“Terus ?” tanyaku.
“Kamu mau nggak jadi pacarku?”
“Jangan bercanda, Brandon.” jawabku (tidak yakin)
“Aku kalo masalah gini gak pernah bercanda, aku serius!”
“Iya, aku mau.”
Tiba – tiba Brandon memelukku dan berbisik kepadaku “Aku sayang kamu...”. Dan Brandon mengantarkanku pulang .
***
Sahabat- sahabat ku yang ramai sendiri ketika aku memasuki kelas dan mereka menggodaku .
“Ciye.. yang baru jadian!”
“Hmmm..(aku hanya tersenyum)”
Tiba – tiba kepalaku sakit dan tak pernah aku sesakit ini.
“Aduh..(sambil memegang kepala)”
“Kamu kenapa, Din?” tanya Jihan.
“Enggak tau nih, kepalaku sakit banget!”
“Yaudah, kita bawa Dinda kerumah sakit aja!”
Tanpa sepengetahuan Brandon, aku dibawa ke rumah sakit dengan mobil Nia. Dan tiba-tiba Brandon menelponku.
“Brandon, cepet kerumah sakit, Dinda kepalanya tiba – tiba sakit.”Rachma yang mengangkat telponnya.
“Iya, iya. Aku cepet kesana.”
***
Sudah dua hari aku dirumah sakit. Dokter memberitahuku bahwa aku mengalami kanker darah stadium 3. Aku nggak tahu kapan penyakit itu datang. Brandon yang selalu menemaniku setiap malam hingga pagi agar aku tidak kesepian, karna ayah sibuk mencari obat alternatif ke berbagai tempat.
“Aku tinggal dulu ya, mau sekolah dulu, nanti pulang sekolah aku pasti kesini lagi kok.”kata Brandon.
“Iya, hati – hati ya.”
***
Hari demi hari penyakitku bertambah parah, aku tak sanggup lagi untuk bertahan dengan penyakit yang kualami. Sampai aku tak mengembuska nafas terakhirku dirumah sakit. Brandon dan sahabat-sahabatku di telfon ayah untuk segera ke rumah sakit.
“Om, gimana keadaan Dinda?” tanya Brandon.


Ayah hanya menangis dan menunjukkan bahwa aku ada didalam ruangan dan ditutupi kain berwarna putih. Betapa sedihnya Brandon melihat keadaan seperti ini.

Written by : Istiqomah Nur F

0 komentar:

Posting Komentar

 

Istiqomah's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea